Kendaraan berat sedang mengerjakan proyek di Tepilaut Tanjungpinang saat matahari mulai menghilang dari Pulau Penyengat. |
Banyak orang luar daerah mengira Bintan dan Tanjungpinang itu
berbeda pulau. Jangan itu, bahkan banyak yang tidak tahu dua daerah itu adalah
daerah yang masih masuk dalam provinsi Kepulauan Riau. Bahkan, tidak sedikit
yang beranggapan bahwa provinsi Kepulauan Riau masih menjadi bagian dari
Provinsi Riau. Padahal, sejatinya daerah ini sudah berdiri sendiri dan mandiri
menentukan nasibnya.
Memang, kisah Riau dan Kepulauan Riau tidak dapat
dipisahkan. Nama Riau sendiri diambil dari sebuah nama daerah di sekitaran
sungai Carang. Setelah berpisah dari provinsi Sumatera Tengah, nama daerah ini
ditetapkan sebagai provinsi Riau. Awal mulanya, ibukota provinsinya di Tanjungpinang.
Seiring dengan perkembangan kisahnya, ibukota Riau berpindah ke Pekanbaru
hingga sekarang. Sedangkan Tanjungpinang, menjadi ibukota dari provinsi
Kepulauan Riau atau yang sering disingkap dengan Kepri.
Nah, sebelum menjadi provinsi, nama Kepulauan Riau dulunya digunakan
untuk kabupaten atau daerah tingkat dua. Ibukotanya Tanjungpinang yang berada
di pulau Bintan. Sesuai dengan namanya, kabupaten Kepulauan Riau terdiri dari
berabagai pulau di utara hingga selatan. Bagian utaranya ada pulau Ranai yang
kini menjadi wilayah kabupaten Natuna dan di selatan ada pulau Pekajang yang
kini masuk wilayah kabupaten Lingga. Pekajang berbatasan langsung dengan
provinsi Bangka Belitung.
Semasa berstatus kabupaten Kepulauan Riau, perkembangan di
pulau Bintan terfokus pada tiga tempat, Kijang, Tanjungpinang dan Tanjunguban. Kijang
sebagai pusat kegiatan ekomoni dan industri karena ada PT Antam yang berkantor
di sana. Kota Tanjungpinang sebagai pusat administrasi pemerintahan. Dan
Tanjunguban sebagai depo Pertamina dan pelabuhan Angkatan Laut.
Ketika era Antam sudah berakhir, Kijang tidak lagi seramai
dulu. Bangunan bekas perkantoran dan rumah dinas para petinggi dan karyawannya
pun masih tersisa. Sebagian sudah diserahkan kepada pemkab Bintan.
Geliat Tanjungpinang sebagai ibukota kabupaten juga tidak
menunjukkan perkembanga signifikan. Wajar saja, dengan wilayah admnistrasi yang
luas, fokus pembangunan tidak bisa hanya di satu tempat. Sedangkan di sisi
lain, pada 1970-an pemerintah pusat tengah gencar membangun Batam. Alhasil,
perkembangan Tanjungpinang tidak siginifan dan kemudian kalah terkenal dengan
Batam.
Sejak era otonomi daerah, tokoh dari Kapulauan Riau mengatur
strategi untuk menjadikan sebagai provinsi otonom, berpisah dengan Riau. Maka untuk
memenuhi persyaratannya, beberapa daerah dipecah menjadi beberapa kabupaten dan
kota. Tanjungpinang dipilih menjadi Kota Tanjungpinang dan nama Bintan dipilih
menjadi Kabupaten Bintan. Maka, jadilah di satu daerah ini dua pemberintah
daerah.
Baca juga: Pulau Bintan dalam Kisah-kisah Kami
Meski demikian, kisah Tanjungpinang dan Bintan ini memang
tidak dapat dipasihkan satu sama lain. Pada zaman kerajaan melayu kuota, pusat
pemerintahan yang pernah berdaulat di pulau ini bermarkas di sekitaran kaki
gunung Bintan. Kerajaan itu dikenal dengan kerajaan Bentan, yang menjadi bagian
dari persekutuan kerajaan Sriwijaya.
Pada zaman kerajaan melayu Islam, pulau Bintan juga tercatat
menjadi ibukota kerajaan Riau, Johor, Pahang dan Terangganu. Jejak istana Kota
Piring, Istana Kota Lama, Istana Kota Baru – kini masuk wilayah kota
Tanjungpinang—dan lainnya masih dapat dikunjungi. Sebagian sudah berupa
puing-puing.
Dari sisi peninggalan sejarah kerajaan, banyak kisah dan
jejaknya berada di kota Tanjugpinang. Dari sisi pemandangan alamnya, masih
banyak terdapat di kabupaten Bintan. Setidaknya itulah sedikit penilaian yang
bisa disimpulkan. Nah, jika Anda ingin menikmati traveling dengan menyusuri
jejak serah, sebaiknya dimulai dari Tanjungpinang. Apabil ingin menyusuri
wisata alam di pulau Bintan, sebaiknya menyusuri melalui Tanjunguban.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar